BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Luka
adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat
substansi jaringan yang rusak atau hilang (Tawi.2008). Luka adalah keadaan
hilang atau terputusnya kontinuitas jaringan (Mansjoer, 2007)
Tubuh
memiliki sistem pertahanan diri untuk mengatasi luka yang timbul akibat dari
cedera melalui beberapa fase proses penyembuhan luka (Wijaya, 2010). Dalam
proses penyembuhan luka, terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
proses kesembuhan luka.Satu diantara faktor yang mempengaruhi kesembuhan luka
tersebut ialah nutrisi. Nutrisi menyediakan zat-zat yang dibutuhkan untuk
aktivitas sel dalam proses penyembuhan luka. Nutrisi yang cukup dapat
meningkatkan sistem imun serta mencegah infeksi pada luka (Bryant & Denise,
2007). Nutrisi juga terlibat dalam proses imun seperti respon antibodi, migrasi
lekosit ke luka, dan pembuangan pada produk yang tidak dipakai dari lekosites
dan mengkontribusi ukuran dan jumlah limfosites dan killer T-cells (Suriadi, 2011)
Metode
perawatan luka berkembang cepat dalam 20 tahun terakhir, jika tenaga kesehatan
dan pasiennya memanfaatkan terapi canggih yang sesuai dengan perkembangan, akan
memberikan dasar pemahaman yang lebih besar terhadap pentingnya perawatan luka.
Semua tujuan manajemen luka adalah untuk membuat luka stabil dengan
perkembangan granulasi jaringan yang baik dan suplai darah yang adekuat, hanya
cara tersebut yang membuat penyembuhan luka dapat tercapai dengan sempurna.
Untuk memulai perawatan luka, pengkajian awal yang harus dijawab adalah, apakah
luka tersebut bersih, atau ada jaringan nekrotik yang harus dibuang, apakah ada
tanda klinik yang memperlihatkan masalah infeksi, apakah kondisi luka kelihatan
kering dan dapat resiko kekeringan pada sel, apakah absorbsi atau drainage
objektif terhadap obat topieal dan lain-lain (Agustina, 2007).
Sodium Klorida (NaCl) secara umum digunakan
untuk irigasi (seperti irigasi pada rongga tubuh, jaringan atau luka). Larutan
irigasi NaCl 0,9% dapat digunakan untuk mengatasi iritasi pada luka. (DI 2003
hal 2555).
Sampai
saat sekarang ini pada umumnya banyak klinik-klinik dan juga RS yang masih
menggunakan Nacl 0,9% yang sudah tidak asing lagi dalam melakukan perawatan
luka baik untuk luka akut maupun kronik. Menurut Rosyadi (2008) NaCl ini
merupakan cairan Isotonik dan juga merupakan cairan garam fisiologis baik
digunakan untuk pembersih, pembasuh dan kompres pada luka, NaCl memiliki
komposisi dan konsentrasi cairannya yang hampir sama dengan cairan tubuh
sehingga tidak mengiritasi pada jaringan. Namun pada prinsipnya semua
penggunaan topical therapy tersebut adalah untuk memberikan proses penyembuhan
pada luka yang efektif. http://repository.unand.ac.id/5774/1/IMG_NEW.pdf
(diakses 25 juni 2012).
Air kelapa juga dikenal sebagai obat
tradisional kuno yang sangat efektif dalam membasmi berbagai jenis cacing
merugikan di dalam usus. Juga sangat baik diminum di pagi hari sebelum
mengonsumsi makanan lainnya. Hal itu sangat dianjurkan dilakukan bagi penderita
gastritis atau hyperacidity.
Di Filipina, air kelapa dimanfaatkan
untuk proses pembuatan minuman, jelly, alkohol, dektran, cuka, dan nata de
coco. Di Indonesia, air kelapa digunakan sebatas sebagai minuman (air kelapa
muda) dan media pembuatan nata de coco. Yang tak kalah menarik, air kelapa juga
bisa dimanfaatkan sebagai bahan pengobatan tradisional dan perawatan
kecantikan. Sementara itu, daging buah kelapa muda yang masih seperti susu
sangat baik dikonsumsi anak-anak yang menderita kekurangan gizi (nutritional
defyciency).
Di samping itu, air kelapa sangat
bermanfaat dalam pengobatan colitis, luka dalam lambung, diare, disentri, dan
wasir. Air kelapa dapat pula mengatasi kerusakan sistem saluran cerna seperti
mengurangi gas dalam lambung, mual-mual, dan salah cerna. (Hakimah,2010). (http://farmasikendari.Blogspot.Com/2011/08/isi-kti-imam.HtmlDiakses
17 juli 2012).
Air
kelapa mengandung sejumlah zat gizi, yaitu protein, lemak, gula, sejumlah
vitamin, asam amino dan hormon pertumbuhan. Jenis gula yang terkandung glukosa,
fruktosa, sukrosa dan sorbitol, yang sangat membantu penyembuhan luka.
Berdasarkan
latar belakang diatas, air kelapa dan NaCl 0,9 % sama-sama efektif untuk
mempercepat penyembuhan luka. Tetapi sampai saat ini, belum pernah dilakukan
penelitian untuk membuktikan manakah yang lebih efektif dalam mempercepat
proses penyembuhan luka. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik dan perlu
melakukan penelitian dengan tema “Uji
Efektifitas Antara pemberian Air Kelapa dengan NaCl 0,9% dalam Proses
Penyembuhan Luka Pada Tikusn Putih.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
dari latar belakang di atas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah
“Manakah yang lebih efektif antara pemberian air kelapa dan NaCl 0,9%
menggunakan kompres dalam proses penyembuhan luka pada tikus putih?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan
Umum
Mengidentifikasi
perbedaan kecepataan antara penggunaan tipe Air kelapa dan NaCl dalam proses
penyembuhan luka pada tikus putih
1.3.2 Tujuan
Khusus
Mengidentifikasi
tingkat keefektivitasan penggunaan air kelapa dan NaCl 0,9% dalam proses
penyembuhan luka pada tikus putih.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Bagi Pendidikan
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan terkait
proses penyembuhan luka dan upaya penyembuhannya dengan menggunakan Air kelapa
dan NaCl 0,9% menggunakan kompres dalam proses penyembuhan luka
1.4.2
Bagi Pembaca
Untuk mengetahui keefektifan antara Air
kelapa dan NaCl 0,9% menggunakan kompres dalam proses penyembuhan luka
1.4.3
Bagi Peneliti
Untuk menguji dan menemukan hal baru dalam
pengembangan ilmu pengetahuan terutama dibidang luka dan penggunanaan Air
kelapa dan NaCl 0,9% menggunakan kompres dalam proses penyembuhan luka.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Teori Luka
Penyembuhan
luka adalah suatu proses yang kompleks dengan melibatkan banyak sel. Proses
yang dimaksudkan disini karena penyembuhan luka melalui beberapa fase. Fase
tersebut meliputi ; koagulasi, inflamasi, proliferasi, dan fase remodeling (Suriadi, 2007).
2.1.1 Fase
Koagulasi
Pada
fase koagulasi merupakan awal proses penyembuhan luka dengan melibatkan
platelet. Kemudian segera setelah injuri,
pembentukan suatu flug fibrin dan sel-sel radang dan dengan cepat masuk
kedalam luka (Hunt TK, 2003). Flug fibrin yang terdiri dari platelet yang
sebagian besar polymerase fibrinogen (fibrin), fibronectin, vitronectin dan
trombospondin dalam suatu rangkaian kerje yang saling berhubungan ; hal
tersebut segera memerangi bakteri dan juga peran yang lain (falanga V, 2005).
Awal pengeluaran platelet akan menyebabkan vasokontriksi, dan terjadi
koagulasi. Norepinephrin disekresikan oleh pembuluh darah, dan serotonin oleh
platelet dan sel mast bertanggung jawab pada vasokontriksi (Gogia PP, 1995).
Untuk
proses koagulasi ini ada manfaatnya, akan tetapi pada perlukaan yang berat
seperti luka bakar yang luas, akan berdampak negatif pada suplai darah yaitu
bila terjadi koagulasi dapat mengakibatkan iskemik pada jaringan. Setelah
pembentukan pembekuan fibrin, mekanisme lain diaktifkan bagian dari mekanisme
pertahanan tubuh; fibrinolisis yang melisiskan bekuan fibrin. Proses ini adalah
untuk mencegah bekuan lebih lanjut memudahkan migrasi sel kedalam area luka dan
atau memulai fase penyembuhan selanjutannya.
2.1.2 Fase
Inflamasi
Fase
inflamsi mulainya dalam beberapa menit setelah luka dan kemudian dapat
berlangsung sampai beberapa hari. Selama fase ini, sel-sel inflammatory terikat
dalam luka dan aktif melakukan pergerakan dengan lekosites. Yang pertama kali
muncul dalam luka adalah neutrofil. Mengapa neutrophil, karena densitasnya
lebih tinggi dalam bloostrem.
Kemudian
neutrophil akan mempagosit dan membunuh bakteri dan masuk ke matriks fibrin
dalam persiapan untuk jaringan baru. Kemudian dalam waktu yang singkat
mensekresi mediator vasodilatasi dan sitokinin yang mengaktifkan fibroblast dan
krea tinocytes dan meningkatkan makrofag ke dalam luka. Apabila tidak ada
infeksi dan kontaminasi pada inflamasi, maka akan cepat terjadi fase
proliferasi.
2.1.3 Fase
profelirasi
Pada
fase profelirasi ini terjadi proses granulasi dan kontraksi. Fase proliferasi
ditandai dengan pembentukan jaringan granulasi dalam luka, pada fase ini
makrofag dan lymphocytes masih ikut berperan, tipe sel predominan mengalami
proliferasi dan migrasi termasuk sel epithelial, fibroblast, dan sel
endothelial. Proses ini tergantun pada
metabolic, konsentrasi oksigen dan factor pertumbuhan. Pada fase proliferasi
biasanya mulainya 3 hari setelah injuri. Dalam beberapa jam setelah in juri,
terjadi epitelialisasi dimana epidermal yang mencakup sebagian besar
keratinocytes mulai bermigrasi dan mengalami stratifikasi dan deferensiasi
untuk menyusun kembali fungsi barrier epidermis.
Pada
fase proliferasi fibroblast adalah mencakup elemen sintetik utama dalam proses
perbaiakan dan berperan daalam produksi struktur protein yang digunakan selama
rekonstruksi jaringan. Secara khusus fibroblast biasanya akan tampak pada
sekeliling luka. Kemudian pada fase selanjutnya, adaalah kontraksi luka,
kontraksi luka disini adalah berfungsi dalam memfasilitasi penutupan luka.
2.1.4 Fase
Penyudahan (Remodelling)
Pada
fase remodeling yaitu banyak terdapat komponen matrik , komponen hyaluronic
acid, proteoglycan, dan kolagen yang berdeposit selama perbaikan untuk
memudahkan perekatan pada migrasi seluler dan menyokong jaringan.
Serabut-serabut kolagen secara bertahap dan bertambah tebal kemudian disokong
oleh proteinase untuk perbaikan sepanjang garis luka. Kolagen menjadi unsure
yang utama pada matrik. Serabut kolagen menyebar dengan saling terikat dan
menyatu dan berangsur-angsur menyokong pemulihan jaringan. Remodeling kolagen
selama pembentukan skor tergantung pada
sintesis dan katabilisme kolagen secara terus-menerus.
2.2 Peran
Nutrisi Dalam Penyembuhan Luka
Nutrisi
adalah aspek yang paling penting dalam pencegahan dan pengobatan pada luka.
Oleh karena itu pengkajian nutrisi dalam perawatan luka adalah kunci untuk
intervensi. Berdasarkan pengkajian, intervensi nutrisi harus terseleksi
sehingga diharapkan tepat dalam penanganannya. Menurut Suriadi (2007)Terdapat
6 kelas nutrisi yang utama yaitu :
2.2.1 Karbohidrat
Pemasukan
yang adekuat pada karbohidrat akan memberikan dukungan aktivitas normal seluler
seperti produksi fibroflastik dan pergerakan, aktivitas lekosit, mitosis,
sintesis protein dan sekresi hormon dan faktor pertumbuhan.
2.2.2 Protein
Lymphocytes,
leukocytes, phagocytes, monocytes, dan makrofag adalah system sel imun yang
pada umumnya terdiri dari protein dan dibutuhkan untuk respon inflamasi pada
awal dalam proses penyembuhan.
2.2.3 Lemak
Lemak
memberikan sumber konsentrasi kalori, dan bagian esensial pada membrane sel,
sebagai prekusor untuk prostaglandin (mengatur berbagai macam aktivitas dala
inflamasi seluler dan metabolisme), dan menkontribusi pada signal patway sel
lokal dan sistemik. Defisiensi lemak esensial mengurangi immunocompetence.
2.2.4 Vitamin
dan Mineral
Vitamin
C pada luka sangat diperlukan untuk optimal respon imun, mitosis sel dan
migrasi monosit ke dalam jaringan yang mentransformasi ke dalam makrofag selama
fase inflamasi pada penyembuhan luka.
2.2.5
Vitamin
A
Vitamin
A akan bermanfaat pada luka yang memediasi imun untuk perbaikan sel imun yang
diperlukan untuk debridement pada luka, fibroflasia dan epitelialisasi dan perbaikan
sitesis kolagen.
2.2.6
Vitamin
B
Thiamine,
riboflavin, pyridoxine (vitamin B6), folic acid, dan pantithenate adalah
vitamin B yang membantu pembentukan lekosit, partisipasi yang diperlukan dalam
proses metabolik dengan memberikan energi yang dibutuhkan untuk proses anabolik
pada penyembuhan luka dan kofaktor esensial dalam aktivitas enzim.
2.2.7 Vitamin
E dan K
Walaupun
vitamin E juga merupakan antioksidan dan bertanggung jawab untuk metabolisme
normal lemak dan sintesis kolagen. Kekurangan vitamin E tidak tampak berperan
aktif perannya dalam penyembuhan luka. Vitamin K adalan esensial dalam proses
pembekuan akan tetapi sedikit dalam mengkontribusi penyembuhan luka.
2.2.8 Zat
Besi
Unsur
ini diperlukan untuk mengoptimalkan perfusi jaringan dengan transfortasi
oksigen ke jaringan yang diperlukan untuk sintesis kolagen.
2.2.8.1 Zinc
Zinc
adalah mineral esensial yang hampir terdapat setiap sel dan sangat penting
dalam penyembuhan luka di fase inflamasi, menghasilkn antibodi dan aktivasi
limfosit.
2.3 Air
Kelapa
Air kelapa adalah cairan buah
yang terdapat pada bagian dalam buah
kelapa. sutarminingsih (2004). Air kelapa kerap diasumsikan sebagai
limbah atau paling banter sebagai air segar pengusir dahaga. Padahal, ia
memiliki khasiat dan nilai gizi yang dahsyat. Banyak sekali manfaat air kelapa
bila diolah dan dikemas dengan baik. Air kelapa bisa dibuat sebagai nata de
coco, kecap, dan bahkan dijadikan salah satu minuman kesehatan semacam energi
drink. Di samping itu, air kelapa sangat bermanfaat dalam pengobatan colitis,
luka dalam lambung, diare, disentri, dan wasir. Air kelapa dapat pula mengatasi
kerusakan sistem saluran cerna seperti mengurangi gas dalam lambung, mual-mual,
dan salah cerna (Hakimah, 2010).
2.3.1 Kandungan Nutrisi Pada Air Kelapa
Air
kelapa mengandung sejumlah zat gizi, yaitu protein, lemak, karbonhidrat, gula,
sejumlah vitamin, asam vitamin dan hormon pertumbuhan. Kandungan gula maksimal,
yaitu 3 gram per 100 ml air kelapa. Tercapai pada bulan keenam umur buah.
Kemudian menurun dengan semakin tuanya kelapa. Jenis gula yang terkandung
glukosa, fruktosa, sukrosa, dan sorbitol (Astawan, 2007).
Susunan
zat gizi yang terkandung pada air kelapa sangat mendekati komposisi cairan
isotonik, yaitu cairan yang sangat sesuai dengan cairan tubuh. Itulah sebabnya
cairan isotonik saat ini banyak diperjual belikan sebagai salah satu jenis
minuman bagi para olahragawan (sport drinks) (Astawan, 2007).
Jumlah
air per butir kelapa muda sangat bervariasi, tergantung dari ukuran buahnya.
Secara umum kadarnya tidak kurang dari 250 ml per butir. Secara umum, air
kelapa mengandung 4,7 persen total padatan, 2,6 persen gula, 0,55 persen
protein, 0,74 persen lemak, serta 0,46 persen mineral (Astawan, 2007). Beberapa
jenis kelapa ada yang memiliki kadar gula sebesar 3 persen pada air kelapa tua
dan 5,1 persen pada air kelapa muda, sehingga air kelapa muda berasa lebih
manis daripada air kelapa tua. Asam amino yang banyak terkandung pada air
kelapa adalah asam glutamat, arginin, leusin, lisin, prolin, asam aspartat,
alanin, histidin, fenilalanin, serin, sistin dan tirosin. Vitamin yang banyak
terkandung pada air kelapa adalah vitamin C, asam nikotinat, asam pantotenat,
biotin, riboflavin dan asam folat (Astawan, 2007).
Jenis
mineral terbanyak yang terdapat pada air kelapa adalah potasium (kalium).
Mineral lain yang terdapat dalam jumlah yang cukup banyak yaitu kalsium,
magnesium dan klorida, sedangkan dalam
jumlah sangat sedikit adalah sodium (natrium) (Astawan, 2007).
2.4 NaCl
0,9%
Natrium klorida, yang juga dikenal sebagai
garam meja, atau garam karang, merupakan senyawa ion dengan rumus NaCl. Natrium
klorida adalah garam yang paling penting berperan penting salinitas laut dan
dan dalam cairan ekstraselular dari banyak
aorganisme multiseluler. Garam sangat umum digunakan sebagai bumbu
makanan dan pengawet. Natrium klorida adalah garam yang terbentuk Kristal atau
bubuk berwarna putih. NaCl dapat larut dalam air tapi tidak larut dalam
alcohol. NaCl juga merupakan senyawa natrium yang berlimpah di alam.
Natrium klorida digunakan dalam proses kimia
untuk skala besar produksi senyawa yang mengandung sodium dan khlor. Sejak
akhir abad ke-19, pada waktu proses elektrolisis secara besar-besaran
diperkenalkan, telah dapat dibuat bermacam-macam senyawa dengan bahan baku
NaCl, misalnya hidroksida, asam klorida, natrium karbonat, natrium sulfite dan
senyawa senyawa lainnya.
Normal salin atau disebut juga NaCl 0,9%.
Cairan ini merupakan cairan fisiologis, non toksik tidak mahal. NaCl dalam
setiap liternya mempunyai komposisi natrium klorida 9,0 gram dengan osmolitas
308 mOsm/1 setara dengan ion-ionNa+154mEq/1dan C1 154 mEq/1 (InETA , 2004:16;ISO Indonesia, 2000:18)
Natrium klorida 0,9% adalah larutan
fisiologis yang ada diseluruh tubuh, karena alasan ini, tidak ada reaksi
hipersentivitas dari natrium klorida. Normal salin aman digunakan untuk kondisi apapun(Lilley
dan Aucker, 1999). Natrium klorida mempunya Na dan Cl yang sama seperti plasma. Larutan ini tidak mempengaruhi sel
darah merah (Handerson, 1992). Natrium klorida tersedia beberapa konsentrasi
yang paling sering digunakan natrium klorida 0,9% ini adalah konsentrasi normal
dari natrium klorida dan untuk alasan ini natrium klorida disebut juga normal
salin (Lilley & Aucker, 1999). Natrium
klorida 0,9% merupakan larutan isotonik aman untuk tubuh, tidak iritan,
melindungi granulasi jaringan kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka
dan membantu luka menjalani proses penyembuhan serta mudah didapat dan harga
relatif lebih murah.
Sodium Klorida ( NaCl ) secara umum digunakan
untuk irigasi ( seperti irigasi pada rongga tubuh, jaringan atau luka ).
Larutan irigasi NaCl 0,9% dapat digunakan untuk mengatasi iritasi pada luka. (
DI 2003 hal 2555 ).
Larutan irigasi dimaksudkan untuk mencuci dan
merendam luka atau lubang operasi, sterilisasi pada sediaan ini sangat penting
karena cairan tersebut langsung berhubungan dengan cairan dan jaringan tubuh
yang merupakan tempat infeksi dapat terjadi dengan mudah.( Ansel hal 399 )
2.5 Peranan
Air Kelapa dan NaCl 0,9% Terhadap Proses Penyembuhan Luka
2.5.1 Air kelapa
Secara alami, air kelapa mudah
memiliki komposisi mineral dan gula yang sempurna sehingga punya keseimbangan
elektrolit yang sempurna pula, sama halnya dengan cairan tubuh manusia. Itu
sebabnya mengapa air kelapa dapat digunakan sebagai pengganti cairan infuse. Nutrisi
yang terkandung dalam air kelapa terdiri dari karbohidrat, vitamin, mineral,
proterin, lemak, dan air.
Secara khusus, air kelapa kaya akan
potasium (kalium). Selain mineral, air kelapa juga mengandung gula (bervariasi
antara 1,7 sampai 2,6 persen) dan protein (0,07-0,55 persen), 0,74
persen lemak, serta 0,46 persen mineral Maka dari itu komposisi gizi yang terkandung
dalam Air Kelapa sangat membantu untuk mempengaruhi proses penyembuhan luka.
2.5.2
NaCl 0,9%
Cairan
NaCl 0,9% sangat baik digunakan pada fase inflamatori dalam proses penyembuhan
luka karena keadaan lembab invasi netrofil yang diikuti oleh makrofag, monosit,
dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih dini.
2.5.2.1 Suasana
lembab yang diciptakan dari kompres NaCl 0,9% dalam merawat luka dapat
mempercepat terbentuknya stratum corneum dan angiogenesis untuk proses
penyembuhan luka.
2.5.2.2 Pada
fase proliferatif dalam fisiologis penyembuhan luka, cairan NaCl 0,9% yang
digunakan perawatan luka sangat membantu melindungi granulasi jaringan agar
tetap lembab sehingga membantu proses luka.
2.5.2.3 Cairan
NaCl 0,9% merupakan larutan isotonis yang tidak berbahaya untuk perawatan luka.
2.6 Kerangka Teori
Berdasarkan
teori yang dipaparkan diatas berdasarkan beberapa literature, dapat diketahui
bagaimana Air kelapa dan NaCl 0,9% yang memiliki komposisi dan konsentrasi
cairannya yang hampir sama dengan cairan tubuh sangat berpengaruh didalam
proses penyembuhan luka sehingga dapat disusun kerangka teori sebagai berikut :
Skema 2.1
KERANGKA TEORI
AIR KELAPA
|
NACL 0,9%
|
- Fase Inflamsi
- Fase
Proliferasi
- Fase koagulasi
- Remodeling
|
PENYEMBUHAN LUKA
|
Dalam
keadaan luka, jaringan tubuh terganggu kebutuhannya dan memerlukan nutrisi.
Nutrisi menjadi salah satu dari beberapa factor yang memepengaruhi penyembuhan
luka. Kandungan nutrisi yang terdapat pada Air kelapa seperti vitamin C, asam
nikotinat, asam pantotenat, biotin, riboflavin dan asam folat, dan juga mineral
yang terdapat pada NaCl 0,9% merupakan larutan isotonis yang tidak berbahaya
untuk perawatan luka yang meliputi fase koagulasi dan inflamasi, fase
proliferasi, dan fase remodeling. Dengan terpenuhinya nutrisi dalam setiap
fasenya, maka penyembuhan luka akan semakin cepat dan optimal.
2.7 Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan awal
peneliti mengenai hubungan antar variable yang merupakan jawaban peneliti
tentang kemungkinan hasil penelitian. Didalam pernyataan hipotesis terkandung
variabel yang akan diteliti dan hubungan antar variabel-variabel tersebut.
Berdasarkan
latar belakang penelitian, maka hipotesis penelitian ini adalah “ terdapat
perbedaan percepatan proses penyembuhan luka antara penggunaan Air Kelapa dan
NaCl 0,9% pada binatang percobaan, tikus putih ”.
BAB
III
KERANGKA
KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka
konsep merupakan bagian penelitian yang menyajikan konsep atau teori dalam bentuk
kerangka konsep penelitian(Hidayat, 2012). Berdasarkan kerangka teori yang ada,
maka kerangka konsep yang digunakan sebagai berikut :
Skema
3.1
Kerangka
Konsep
Variabel Independen Variabel
Dependen
Proses Penyembuhan Luka
|
AIR KELAPA
|
NaCL
0,9%
|
Air
kelapa dan Nacl sama-sama mengandung
mineral,
maka dari itu sangat membantu untuk mempengaruhi proses
penyembuhan luka.
3.2
Variable
Penelitian
Variabel
dari penelitian ini dibagi menjadi dua variable yaitu variable dependent
dan variable independent :
3.2.1
Variable Bebas (Independen)
Variable
bebas (independent) dalam penelitian ini adalah penggunaan Air Kelapa dan NaCl
dengan menggunakan Kompres
3.2.2
Variable terikat (Dependent)
Variable
terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah proses penyembuhan luka
3.3 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah
mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang
diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat, 2012). Definisi
operasional dalam penelitian ini menggunakan variable bebas dan variable
terikat.
Adapun penjelasan tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 3.3
Definisi Operasional
No
|
Variabel
|
Definisi Oprasional
|
Hasil
ukur
|
Skala
|
1
|
Air kelapa (Cocos nucifera)
|
Air kelapa adalah cairan
yang ada di dalam buah kelapa, air kelapa
yang digunakan untuk proses penyembuhan luka dengan menggunakan
kompres pada daerah luka yang dilakukan selama 2 hari sekali.
|
Luas permukaan luka dari besar sampai kecil
|
Skala kontinu
|
2.
|
Nacl
(Natrium Clorida)
|
Nacl adalah larutan fisiologis yang ada diseluruh
tubuh, Nacl yang
digunakan dalam proses penyembuhan luka dengan menggunakan kompres pada daerah luka yang dilakukan selama 2 hari sekali.
|
Luas permukaan luka dari besar sampai kecil
|
Skala kontinu
|
3.
|
Penyembuhan
Luka
|
Di mulai dari permukaan luka yang luas,
sampai permukaan luka mengecil, sehingga permukaan luka tertutup dan jaringan
pada kulit menyatu kembali.
|
Hari -Sembuh
|
Skala Kontinu
|
BAB IV
METODOLOGI
PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang jenis dan
rancangan penelitian, lokasi, sampel, rencana pengolahan dan analisa data,
instrument penelitian, rencana kegiatan, dan etika penelitian.
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah mencatat perancangan dari
cara berpikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu (Babbie, 1995 dalam Prasetyo & Jannah, 2005). Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan
penelitian eksperimen semu (Quasi Experimen), bentuk rancangan yang digunakan
“Post test only design”.
Rancangan percobaan yang digunakan berbentuk postest only
design. Dalam rancangan ini diperlakukan atau intervensi telah dilakukan (x),
kemudian dilakukan pengukuran (observasi) atau postest (02). Rancangan ini
sering disebut juga “The One Shot Case Study”. Hasil observasi ini (02) hanya
memberikan informasi yang bersifat deskriptif.
Berikut
adalah bentuk rancangan dari postest only design :
Tabel 4.1
Rancangan Postest Only Design
Eksperimen
|
Postest
|
X
|
02
|
X
|
02
|
Hewan percobaan adalah tikus putih yang
dibagi menjadi dua kelompok yaitu satu kelompok dengan perlakuan menggunakan
Air Kelapa dan satu kelompok dengan perlakuan menggunakan NACL.
4.2
Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di laboratorium Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah
Pontianak. Peneliti memilih tempat ini karena adanya fasilitas keperawatan,
untuk menunjang proses penelitian, mudah untuk dijangkau, aman, dan suhu ruangan
yang mendukung, sehingga hasil penelitian diharapkan lebih akurat.
4.3
Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi
merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan
diteliti (Hidayat, 2012). Populasi (hewan percobaan) adalah tikus
jantan (Rattus Norvegicus Strin Wistar) yang berasal dari Laboratorium
Penelitian STIK Muhammadiyah Pontianak.
4.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin
diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Hidayat, 2012). Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik quota
sampling. Pengambilan sampel secara quota dilakukan dengan cara menetapkan
sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah. Teknik sampling ini dilakukan
dengan cara : pertama-tama menetapkan berapa besar jumlah sampel yang
diperlukan atau menetapkan quotum (jatah). Kemudian jumlah atau quotum itulah
yang dijadikan dasar untuk mengambil unit sampel yang diperlukan. Anggota
populasi manapun yang akan diambil tidak menjadi soal, yang terpenting jumlah
quotum yang sudah ditetapkan dapat dipenuhi (Notoatmodjo, 2010).
Berdasarkan teknik quota
sampling maka yang akan dijadikan sampel penelitian ini adalah tikus putih dengan jumlah 10 ekor dengan
berat badan minimal 100
gram, dengan masing-masing tikus dibuat 4 perlukaan untuk diberikan intervensi.
4.4 Prosedur Penelitian
Prosedur membuat luka :
1) Tikus diambil dari kandang dengan cara memegang ekor tikus
pada 1/3 proximal ekor. Jari telunjuk dan jari tengah melingkari daerah kuduk.
Jari manis dan ibu jari melingkar didaerah dada.
2) Menuangkan larutan eter secukupnya kedalam box tertutup,
kemudian masukkan tikus tunggu hingga cukup mudah untuk dipegang.
a) Tikus dipegang dengan benar. Diletakkan diatas meja.
b) Memberikan injeksi Phenobarbital 0,05 cc Intramuscular pada
perut tikus. Jarum
ditusukkan dengan sudut tegak lurus terhadap permukaan kulit sehingga tusukan
sampai ke otot abdominalis. Lalu
suntikan phenobarbital, tarik jarum, tempatkan suntikan dipijat pelan-pelan.
c) Membersihkan rambut disekitar daerah yang akan dilukakan
perlukaan pada daerah perut dan punggung dengan menggunakan gunting dan
pencukur rambut.
d) Melakukan sayatan pada sekitar daerah lateral punggung sisi
kiri dan sisi kanan, dengan menggunakan gunting jaringan dan pinset sirugis.
Setelah itu luas luka diukur, berat badan di ukur,dan berat dressing juga di
ukur.
e) Melakukan pembersihan luka dan pemberian jenis dressing.
f) Luka dibalut dengan kasa steril.
g) Melakukan penggantian balutan 1 atau 2 kali sehari dan perawatan luka 2 hari
sekali dengan memberikan Air kelapa dan NACL.
4.5
Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, tehnik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi experimental. Alat yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain : tabel scor perkembangan luka, kamera, gunting,
pinset, timbangan, alat cukur. Alat untuk mengukur panjang luka dengan
menggunakan penggaris. Pengukuran luka dilakukan setiap ganti balutan agar
dapat mengevaluasi luka yang telah dibuat,
balutan diganti tiap dua hari sekali sampai dua minggu, karena secara
teori penyembuhan luka mencapai sekitar waktu tersebut. Bahan habis pakai
berupa alat-alat dressing : kasa steril, handscoon, hypafix, spuit, phenorbarbital, NaCl dan Air kelapa.
4.6 Analisa
Data
Langkah-langkah yang digunakan untuk mengolah data yang
telah diperoleh adalah sebagai berikut :
1) untuk mengetahui seberapa besar perkembangan proses
penyembuhan luka pada tikus sesudah mendapat perlakuan pada masing-masing
kelompok, maka setiap kelompok perlu dianalisis dengan statistik deskriptif
berdasarkan nilai rata-rata (x) dan standar deviasi (s) dengan menggunakan
rumus :
keterangan
:
: Nilai rata-rata scor luas luka
: Jumlah nilai score
luas luka
n : Jumlah Luka
Dengan Rumus :
Keterangan :
s : Standar deviasi
: Jumlah nilai score luas
luka
n : Jumlah Luka
2)
Setelah diketahui mean dan
standar deviasi dari masing-masing kelompok,
selanjutnya dianalis dengan uji statistik yang tepat yaitu Uji Beda Dua
Mean Independen. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui perbedaan mean
dua kelompok data independen dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a)
Menentukan hipotesis nol
(Ho; σ1²= σ2²) varian
kelompok air kelapa
sama dengan varian
kelompok nacl
b)
Menentukan hipotesis alternatif
(Ha: σ1²= σ2²) varian kelompok air kelapa
berbeda dengan varian kelompok nacl.
c) Menentukan Uji
Homogenitas Varian.
Prinsip pengujian dua
mean adalah melihat perbedaan variasi kedua kelompok data. Oleh karena itu,
dalam pengujian ini diperlukan informasi apakah varian kedua kelompok yang di
uji sama atau tidak, karena akan berpengaruh pada standar error yang akan membedakan
rumus pengujiannya. Perhitungan uji homogenitas dengan menggunakan uji F.
df1 = n1 dan df2 = n2-1
Varian yang lebih besar sebagai
pembilang dan varian yang kecil sebagai penyebut.
a) Uji untuk varian sama
T
Sp² =
df = n1+n2-2
X1 = rata-rata
kelompok 1.
X2 = rata-rata
kelompok 2.
n1 atau n2 = jumlah subjek kelompok 1
atau 2
S1 atau S2 = standar deviasi kelompok 1
dan 2
b) Uji untuk varian berbeda
T
df =
df= n1+n2-2
n1 atau n2= jumlah subjek kelompok 1 atau 2
S1 atau S2= standar deviasi kelompok 1 dan 2
4.7 Rencana
kegiatan Jadwal
Tabel
4.1 Waktu dan Rencana Kegiatan
No
|
Kegiatan
|
April
|
Juli
|
Sept & Okto
|
Nov & Des
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Pengajuan
Judul
|
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Bimbingan
Menyusun proposal
|
|
|
|
|
|
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
|
|
|
|
3
|
Bimbingan
riset
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
4
|
Pengumpulan
Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
5
|
Analisa
Data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
6
|
Penulisan
Laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
7
|
Pengumpulan
Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
√
|
4.8 Etika Penelitian
Hewan percobaan, memahami cara
memperlakukan hewan percobaan dan cara menggunakan kembali Setiap penelitian
laboratorium yang menggunakan hewan percobaan hendaknya mengetahui etika
penelitian yang menyangkut masalah petunjuk pemeliharaan dan penggunaan hewan
yang telah digunakan. Hewan percobaan harus diberi makanan yang sesuai dan diberi minum (Sulaksono, 2008).
Penelitian yang melibatkan hewan harus
memperhatikan akibat negatif yang mungkin dialami hewan, seperti indra melemah,
menyendiri, kelaparan dan penggunaan bahan ekstrim (listrik, bahan kimia).
Cara
perlakuan terhadap hewan laboratorium yang sesuai dengan ketetapan standar etik
penelitian keperawatan STIK Muhammadiyah Pontianak adalah aturan-aturan,
prosedur-prosedur dan praktik di laboratorium yang cukup untuk menjamin mutu
dan intensitas data analitik yang dikeluarkan oleh laboratorium tersebut.
Penggunaan hewan percobaan bertujuan untuk mendapatkan data
secara invivo terhadap efek yang terjadi, serta kekuatan yang dimiliki dari
bahan biologis yang diperiksa. Menurut Sulaksono
(2008) hewan percobaan yang digunakan harus memenuhi beberapa
persyaratan, antara lain :
1) Sedapat mungkin hewan percobaan yang akan digunakan bebas
dari kuman patogen, karena dengan adanya kuman patogen pada tubuh hewan sangat
mengganggu jalannya reaksi pada pemeriksaan, dan dari segi ilmiah hasilnya
kurang dapat dipertanggung jawabkan.
2) Mempunyai kemampuan dalam memberikan reaksi imunitas yang
baik. Hal ini ada hubungannya dengan persyaratan pertama.
3) Kepekaan terhadap suatu penyakit. Hal ini menunjukkan tingkat
suseptibilitas hewan terhadap penyakit.
4) Performan atau prestasi hewan percobaan yang dikaitkan dengan
sifat genetiknya.
5) Perlakuan yang dilakukan pada hewan percobaan (tikus putih)
meliputi:
a) Lantai dari kandang ditaburi serbuk kayu.
b) Makanan yang diberikan adalah jenis makanan hamster, dengan
air minum adalah air aqua.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat,
A. Aziz Alimul. 2012. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan
Ilmiah. Edisi 2. Salemba medika:
Jakarta
Dharma,
kelana Kusuma. 2011. Metodologi penelitian keperawatan. Cv.
Trans info media: Jakarta
Tawi,
Mirzal. 2008. Proses Penyembuhan Luka. Diakses
pada tanggal 25 Juli 2011 melalui http://syehaceh.wordpress.com/proses-penyembuhan-luka
Mansjoer,
dkk.
2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Media Aesculapius : Jakarta
Notoatmodjo,
S.
(2010). Metodologi penelitian kesehatan. PT Rineka Cipta: Jakarta.
Sastroasmoro,
S.
(2011). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis, edisi ke-4. CV. Sagung Seto : Jakarta.
Sulaksono,
M. E. (2008). Dilema pada hewan percobaan untuk
pemeriksaan produk biologis. Pusat
Penelitian Penyakit Menular. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI: Jakarta. http://www.scribd.com/doc/29693259/Dilema-Pada-Hewan-Percobaan#
diakses tanggal 10 Oktober 2012.
Suriadi.
(2007). Manajemen luka. STIKEP Muhammadiyah. Pontianak
Machfoedz,
I.
(2010). Metodologi penelitian kuantitatif & kualitatif bidang kesehatan,
keperawatan, kebidanan, kedokteran.
Fitramaya: Yogyakarta.